Tetap Kekinian! Tantangan Gaya Hidup Vs Kebutuhan Hidup Gen Z


Image

Sasikirana Ariesta Dewani



Gaya Hidup | Sunday, 30 Apr 2023, 10:40 WIB

Foto dari Pixabay

Akhir-akhir ini ini banyak sekali isu-isu yang bermunculan mengenai gaya hidup dan kebutuhan hidup. Gaya hidup menurut (Azizah, 2020) dapat diartikan sebagai gambaran diri seseorang secara keseluruhan yang telah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Gaya hidup seseorang dapat muncul ketika seseorang tersebut berinteraksi dengan lingkungan sosial yang sesuai dengan ketertarikan mereka. Tentu saja, hal tersebut yang menjadi alasan mengapa gaya hidup setiap seseorang berbeda-beda. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa gaya hidup merupakan suatu cara seseorang dalam menghabiskan waktu, membelanjakan uangnya, serta mengalokasikan waktu dalam kegiatannya sehari-hari. Berbeda dengan gaya hidup, kebutuhan hidup dapat diartikan sebagai kontra atau kebalikan dari gaya hidup. Gaya hidup cenderung lebih memperhatikan bagaimana seseorang menjalani aktivitas sehari-harinya akibat terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan kebutuhan hidup cenderung didefinisikan sebagai hal-hal yang dibutuhkan seseorang untuk dapat bertahan hidup.

Kebutuhan hidup dengan gaya hidup adalah dua hal yang saling berkesinambungan yang dimana dua hal tersebut harus dipenuhi tetapi juga tetap memperhatikan kesetaraannya. Kebutuhan dan gaya hidup jika tidak setara akan menyebabkan ketimpangan. Ketimpangan dimaksudkan sebagai kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial dapat terjadi akibat adanya gap antara kebutuhan dengan gaya hidup yang cukup besar. Salah satu contoh yang dapat kita lihat saat ini adalah orang yang lebih mementingkan gengsi dalam hal penampilan dan gaya hidup ketimbang kebutuhan hidupnya. Hal tersebut disebabkan oleh masih banyaknya orang yang ingin mendapatkan pengakuan dari gaya hidupnya yang hedon meskipun kebutuhan hidupnya kurang terpenuhi.

Masalah ketimpangan antara kebutuhan hidup dengan gaya hidup saat ini masih banyak dialami oleh masyarakat khususnya Gen Z . Gen Z yang bernotabene masih dalam tahap remaja menjadikan mereka masih dalam tahap untuk mencari jati diri. Hal tersebutlah yang menjadikan mereka masih sering mencoba hal-hal baru termasuk dalam aspek gaya hidup. Hal-hal baru tersebut yang terkenal di masyarakat dengan kata “kekinian” merupakan salah satu model gaya hidup yang banyak diminati oleh Gen Z. Contohnya saja seperti keluaran barang elektronik pada produk Apple dan lain sebagainya yang dapat dikatakan sebagai barang canggih dengan model super minimalis sehingga menjadikan banyak orang termasuk Gen Z yang tertarik untuk membelinya meskipun hal tersebut tidak terlalu penting jika dikategorikan sebagai kebutuhan hidup.

Banyak alasan yang mendasari mengapa ketimpangan antara gaya hidup dengan kebutuhan hidup banyak dialami oleh masyarakat saat ini khususnya oleh Gen Z. Arus globalisasi adalah salah satu alasannya. Arus globalisasi yang memungkinkan teknologi semakin berkembang menjadikan semua orang melek akan hal-hal terupdate dan terkini. Faktor lain yang mendasari adalah banyaknya Gen Z yang merasa FOMO. FOMO atau Fear Of Missing Out adalah keadaan dimana seseorang takut tertinggal karena tidak mengikuti hal-hal baru. Hal tersebutlah yang menjadikan mengapa kebanyakan Gen Z saat ini lebih mementingkan gaya hidup, bagaimana mereka berpakaian, apa merk ponsel mereka, dimana tempat mereka bermain atau nongkrong sehingga jika mereka tidak update terkait hal-hal baru maka mereka akan merasa seperti tertinggal oleh zaman.

Ketimpangan antara gaya hidup dengan kebutuhan hidup pastilah menyebabkan dampak positif dan negatif bagi Gen Z. Gaya hidup Gen Z yang saat ini cenderung up to date menjadikan mereka melek akan teknologi. Namun, dampak negatifnya juga menyebabkan mereka menjadi cenderung memiliki gaya hidup yang konsumtif sehingga kebutuhan hidup menjadi terkesampingkan. Adapun beberapa tips and trick bagaimana cara menyeimbangkan antara kebutuhan dan gaya hidup bagi Gen Z.

Tips and Trick Kebutuhan Hidup vs Gaya Hidup

Skala prioritas dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan yang sekiranya harus diprioritaskan dan dipenuhi terlebih dahulu. Kebutuhan tersebut dapat digolongkan sebagai kebutuhan primer. Misalnya yaitu kebutuhan makan, minum, kesehatan, dan pakaian. Namun, perlu digaris bawahi bahwa kebutuhan tersebut harus dapat dipenuhi dengan mengikuti status ekonomi yang dimiliki. Selanjutnya, barulah diikuti dengan pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier.

FOMO atau Fear of Missing Out yang saat ini ngetrend dikalangan para gen z merupakan keadaan dimana tidak mau tertinggal dengan hal baru yang ada. Istilah FOMO dapat dicontohkan misalnya dengan adanya barang keluaran terbaru sehingga banyak orang yang tidak segan-segan langsung membeli barang tersebut dengan pikiran bahwa mereka akan terlihat kekinian dan up to date karena telah membeli barang terbaru tanpa berpikir panjang.

Masa depan yang akan datang merupakan aspek yang paling penting karena dengan kita memikirkan masa depan, maka kita akan mempertimbangkan bagaimana cara mengelola antara kebutuhan hidup dengan gaya hidup kita saat ini. Dengan memikirkan masa depan, kita juga akan lebih memilih gaya hidup yang cocok dengan keadaan kita sehingga antara kebutuhan dan gaya hidup keduanya akan saling memenuhi satu sama lain.

Kita tetap dapat eksis dan kekinian dengan cara memanajemen kebutuhan hidup dengan tips and trick diatas jadi, tidak usah takut untuk ketinggalan zaman ya!. Pikirkan bagaimana kewajibanmu untuk memanajemen kebutuhan hidup dengan gaya hidupmu.

Bacaan lain 

Azizah, N. S. (2020). Pengaruh literasi keuangan, gaya hidup pada perilaku keuangan pada generasi milenial. Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi), 1(2), 92-101.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.



Sumber:Republika