Sinema Mikro Dana Indonesiana Bantu Tingkatkan Literasi Perfilman

LalangBuana, JAKARTA — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membuka Fasilitasi Bidang Kebudayaan kategori sinema mikro melalui bantuan Dana Indonesiana untuk meningkatkan literasi film di Indonesia.


Pada 2022, sebanyak 39 komunitas film telah difasilitasi bantuan program Sinema Mikro Dana Indonesiana, yang beberapa di antaranya telah memanfaatkan bantuan itu dengan menggelar pemutaran film di daerah-daerah yang belum memiliki gedung bioskop.

“Fasilitasi Bidang Kebudayaan Sinema Mikro tidak hanya digunakan sebagai ruang bioskop alternatif, namun lebih menjadi dukungan kepada komunitas dalam rangka meningkatkan jumlah ruang-ruang pertemuan kebudayaan berbasis audio-visual,” jelas Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid di Jakarta.

Dana Indonesiana atau dana abadi kebudayaan diberikan pemerintah untuk membantu para budayawan berkembang dan meraih prestasi serta menyalurkan ekspresi. Sejak beberapa tahun ke belakang, Dana Indonesiana secara bertahap mulai dapat digunakan oleh para budayawan.


Menurut Hilmar, Dana Indonesiana merupakan bukti pemerintah hadir dan bergerak bersama masyarakat untuk menjadi wadah penyediaan ruang keragaman ekspresi. “Dan mendorong interaksi budaya dan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,” ujar Hilmar.

Salah satu komunitas yang telah menerima bantuan program ini adalah Komunitas Kembang Gula. Komunitas itu memiliki program berupa layar tancap keliling di sembilan titik setiap bulannya yang diberi nama Srawung Sinema.


Srawung Sinema merupakan program pemutaran reguler Kembang Gula yang diharapkan dapat mempertemukan filmmaker dengan warga sekitar melalui pemutaran film (layar tancap) dan diskusi.

Srawung yang berarti ‘berinteraksi’ merupakan upaya untuk membuka ruang menonton dan membahas film-film alternatif dengan cara-cara yang kreatif dan tak terbatas, menggunakan pendekatan wacana atau narasi yang dekat dengan persoalan warga sekitar Kota Solo. Sejak menerima bantuan, komunitas itu tercatat sudah tiga kali melakukan pemutaran film.

Program tersebut telah berjalan sejak 17 Desember 2022 di Kampung Malangjiwan, Colomadu, bertempat di balai karang taruna Malangjiwan yang dihadiri ratusan orang dari beragam usia. Pemutaran kedua 14 Januari 2023, berlangsung di Kampung Mojo, Kelurahan Semanggi, dan pemutaran ketiga 18 Februari 2023 di Rusunawa Mojosongo.

“Selama pemutaran berlangsung, warga selalu antusias dan memberi respon positif, mereka menyambut baik dan merasa terhibur dengan adanya layar tancap,” kata perwakilan dari Kembang Gula, Fanny Chotimah.

Komunitas lainnya adalah Komunitas Gemulun Indonesia yang berada di Jambi. Komunitas itu telah melakukan pemutaran film sebanyak dua kali dari enam kali pemutaran yang direncanakan. P


emutaran pertama dilakukan pada 4 Februari 2023 di Taman Tapa Malenggang, ikon Kabupaten Batanghari. Sean Popo Hardi dari Komunitas Gemulun mengatakan animo masyarakat untuk hadir dan menonton film ini sangat besar.


Ia mengutarakan masyarakat terlihat sangat antusias dan menikmati pemutaran yang dilakukan. Hal ini dilihat dari jumlah yang hadir nyaris menyentuh angka ribuan orang.

“Bagi masyarakat, kegiatan seperti ini dapat menjadikan sarana hiburan sekaligus edukasi bagi mereka khususnya generasi muda yang hadir pada saat pemutaran film. Masyarakat menanti kehadiran bioskop rakyat di tempat mereka yang direncakan diputar di tiap kecamatan atau desa yaitu Kecamatan Pemayung, Desa Singoan, kampus PGSD UNJA, Desa Terusan, dan Benteng Tembesi,” ujarnya.

Sementara itu, pemutaran kedua telah dilangsungkan di SMKN PP Pemayung pada 7 Februari 2023. Pemilihan lokasi ini didasari karena dapat menjangkau generasi muda dan para perangkat desa di sekitar lokasi. Selain pemutaran film, pada acara pemutaran film ini juga digelar diskusi budaya.


Para perangkat desa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan. “Hal ini dibuktikan banyak yang bertanya apakah bioskop rakyat ini bisa dilakukan di desa mereka dengan swadaya mandiri dari desa,” jelas Sean Popo Hardi dari Komunitas Gemulun.

Sean Popo berharap kegiatan ini berdampak positif bagi masyarakat dalam menunjang peningkatan pengetahuan lokal dan aspek inovasi bagi generasi muda melalui karya film.


“Dengan adanya bantuan dan hibah dari pemerintah membuat geliat film pendek produksi komunitas-komunitas film di daerah menjadi semakin meningkat yang tentu saja diharapkan dapat membuat film Indonesia semakin dihargai di rumahnya sendiri,” kata dia.



Sumber:Republika