Talitha Wijaya
Eduaksi | Sunday, 28 May 2023, 22:24 WIB
Pada 6 Maret 2023, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melaporkan bahwa “Hampir 2 juta orang Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri setiap tahun” pada akun Twitternya @jokowi. Tentunya hal ini menjadi perbincangan, dimana banyaknya orang Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri dipertanyakan padahal di dalam negeri pun ada fasilitas, pelayanan dan pengobatan yang memadai.
Tetapi, ternyata bukan hanya Indonesia yang warga negaranya memilih untuk bepergian ke luar negeri untuk prosedur medis. Medical tourism atau wisata medis adalah proses bepergian ke negara atau tempat lain untuk menerima layanan kesehatan. Tren ini muncul karena beberapa alasan, terutama dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi, pasien jadi memiliki lebih banyak pilihan tentang kesehatan mereka.
Salah satu alasan dari medical tourism adalah waktu menunggu yang lebih pendek. Dengan banyaknya warga Indonesia setiap harinya yang membutuhkan layanan kesehatan, berobat di luar negeri cenderung mengalami jauhnya perbedaan jumlah pasien di rumah sakit. Waktu menunggu untuk proses medis bervariasi pada setiap negaranya, dan apabila pasien berpikir kesehatan mereka membutuhkan pelayanan mendesak, tidak ada salahnya apabila mereka memilih untuk mencari waktu yang paling pendek.
Alasan lain pasien mungkin memilih medical tourism adalah untuk mencari pengobatan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sebagai negara yang sedang berkembang dengan cepat, daripada mengkritik orang-orang yang memilih berobat di luar negeri, kita harus menyadari perbedaan pelayanan kesehatan kita dengan negara-negara lainnya dan terus berkembang.
Selain kualitas, pasien juga memilih medical tourism untuk mencari teknologi dan pengobatan alternatif. Hal ini dikarenakan pengobatan dan teknologi yang berbeda yang ditawarkan di negara yang berbeda yang mungkin tidak dapat diakses di negara lainnya. Apalagi, setiap orang dapat memiliki reaksi yang berbeda pada pengobatan yang sama. Adanya perkembangan teknologi alternatif memberikan pasien lebih banyak pilihan untuk membantu kesehatan mereka.
Berbeda dengan orang melakukan medical tourism untuk mencari kualitas, ada juga orang yang pergi ke negara berkembang untuk mendapatkan harga yang lebih murah, sekalian mendapatkan kesempatan untuk berlibur atau pergi ke tempat baru. Indonesia bisa memanfaatkan medical tourism dengan mempromosikan dan meningkatkan pemahaman tentang fasilitas kesehatan di Indonesia dan menggunakan fenomena tersebut untuk mendapatkan lebih banyak pasien sekaligus mempromosikan turisme.
Dengan lebih banyaknya variasi perawatan yang dimungkinkan oleh medical tourism, lebih banyak juga nyawa yang dapat diselamatkan dengan perawatan yang tepat. Sebagai manusia, kita tidak bisa menyalahkan kebutuhan dasar orang lain untuk ingin sehat dan menghalangi seseorang dari pelayanan yang mereka butuhkan dan bisa dapatkan bisa membahayakan kehidupan mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Sumber:Republika